Close

Brem: Kelezatan Kudapan Tradisional yang Menyimpan Kenangan Mewah dari Masa Lalu

brem

Brem, camilan tradisional yang menggoda dengan ciri khas asam-kecutnya, membawa kenangan akan kejayaan masa lalu. Identik dengan dua wilayah asalnya, Madiun dan Wonogiri, menjadinya sajian yang kini mungkin agak sulit ditemui di luar wilayah tersebut.

Berbeda dengan kudapan tradisional lain seperti wajik, wingko, atau gethuk, kuliner ini memiliki keistimewaan tersendiri. Berbentuk lempengan persegi panjang dengan warna putih agak kekuningan, Brem memiliki aroma dan rasa yang unik. Rasa manis yang dipadu dengan sensasi asam-kecut menciptakan pengalaman yang tak biasa, terutama bagi generasi muda.

Menariknya, pada masa kependudukan Belanda, makanan ini dianggap sebagai makanan desa yang cukup mewah. Pilihan untuk memakan nasi atau panganan lain membuat Brem menjadi camilan istimewa yang lebih sering disajikan di rumah-rumah orang berada.

Baca juga: Sepatu Boots: Gaya, Fungsi, dan Keunikan yang Menginspirasi

Proses pembuatan makanan ini melibatkan sari ketan yang dimasak dan dikeringkan. Pengeraman dan proses pembuatan yang memakan waktu hingga 7 hari memberikannya memiliki karakteristiknya yang unik. Tape hasil pengeraman diperas dan dimasak hingga mengental, kemudian dicetak dan dikeringkan di bawah sinar matahari.

Brem memiliki tekstur yang padat di luar, namun meleleh dan melembut begitu masuk ke dalam mulut. Sensasi dingin yang disertai dengan perpaduan rasa manis dan asam khas tapai memberikan pengalaman kuliner yang tak terlupakan.

Meski kini tidak sepopuler beberapa camilan tradisional lain, Brem tetap dapat dijumpai di berbagai daerah, terutama di Madiun, Wonogiri, Solo, Yogyakarta, dan sekitarnya. Menjadi buah tangan favorit bagi wisatawan, Brem terus mempertahankan pesonanya sebagai kudapan bersejarah yang lezat dan menggugah selera.

scroll to top